Oleh : Aris Heryana
Pada
hakikatnya semua agama di dunia, baik agama Abrahamik maupun agama
non-abrahamik.
mengklaim bahwa kitab suci miliknya lah yang yang paling benar (klaim
eksklusifisme). Maka dari itu, timbul perbedaan antara kitab suci yang dimiliki oleh agama yang
satu dengan yang lainnya, seperti halnya agama Islam dengan Yahudi atau
Nasrani. Salah satunya adalah agama Yahudi dimana mereka mengklaim bahwasanya
kitab suci yang paling benar itu ada 39.
Agama
Yahudi merupakan agama abrahamik seperti halnya Nasrani dan Islam. Agama Yahudi juga merupakan agama abrahamik yang paling tua bagi agama Kristen dan Islam. Oleh karena itu, mengkaji
sejarah Yahudi merupakan kajian yang cukup luas dan sangat menarik. Namun,
belakangan ini muncul kajian terhadap Kitab Suci Yahudi secara intensif
dan mendorong para ahli linguistik, antropologi, dan arkeologi untuk mengkaji
kitab sucinya tersebut. Penemuan berbagai perkamen, atau lebih dikenal dengan
sebutan Naskah Laut Mati, di Qumran, membuat kajian terhadap kitab suci Yahudi
menjadi sangat menarik.
Taurat
merupakan kitab suci Yahudi yang merupakan bagian terpenting kitab suci orang
Yahudi.Orang Yahudi percaya bahwa Taurat berisi kehendak Allah yang mutlak dan
tidak dapat diragukan. Menaati Allah berarti menaati Taurat. Orang Yahudi
menganggap Taurat sebagai tolak ukur yang mutlak bagi semua aspek kehidupan
keagamaan. Taurat adalah sumber satu-satunya kebenaran Allah.
Namun menurut beberapa referensi Islam, Taurat telah digantikan oleh Talmud
yang mengatur urusan sehari-hari, etika, kebiasaan, dan sejarah.
Sejarah Kitab Suci Agama Yahudi
Suatu
penjelasan tidak akan terlepas dari sejarah, begitupun sejarah bangsa Yahudi
yang dimulai dari pra-Musa, namun Yahudi sebagai agama terbatas kepada Musa dan
ajaran terhadap kaumnya, sehingga awal agama Yahudi dimulai sejak zaman Musa.Firman Allah pertama adalah pada masa Musa saat memperoleh Sepuluh Perintah
Tuhan atau The Ten Commandments di bukit Sinai yang tertulis pada dua loh batu.
Berikut adalah ayat lengkapnya yang tertulis pada dua loh batu tersebut:
1Lalu Allah mengucapkan segala firman
ini: 2“Akulah Tuhan,
Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan.”
3Jangan ada padamu allah lain di
hadapan-Ku.
4Jangan membuat bagimu patung yang
menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah,
atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
5Jangan sujud menyembah kepadanya atau
beribadah kepadanya, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang
membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga
dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, 6tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu
orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.
7Jangan menyebut nama Tuhan, Allahmu,
dengan sembarangan, sebab Tuhan akan memandang bersalah orang yang menyebut
nama-Nya dengan sembarangan.
8Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: 9enam hari lamanya engkau
akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, 10tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat Tuhan, Allahmu;
maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki- laki, atau
anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu
atau orang asing yang di tempat kediamanmu. 11Sebab enam hari lamanya Tuhan menjadikan langit dan
bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah
sebabnya Tuhan memberkati hari Sabat dan menguduskannya.
12Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya
lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu.
13Jangan membunuh.
14Jangan berzinah.
15Jangan mencuri.
16Jangan mengucapkan saksi dusta tentang
sesamamu.
17Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan
mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau
lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu.
Sepuluh
hukum dan perintah ini diperoleh Musa di gunung Sinai setelah tinggal disana
selama empat puluh hari empat puluh malam yang kemudian ditulis oleh Tuhan
dengan menggunakan jari Allah sendiri.
Ini adalah awal Firman Tuhan Yahudi yang tertulis dalam bentuk tulisan. Berikut
ada beberapa hal terkait sejarah teks kitab suci Yahudi:
Teks-Teks Masora
Dalam
sejarahnya, kitab-kitab suci Yahudi, seperti Taurat, Perjanjian Lama bagi kaum
Protestan, atau kitab-kitab proto-kanonik Perjanjian Lama untuk orang Katolik,
tertulis dalam bahasa asli Ibrani dan sebagian dalam bahasa Aram. Teks ini
disebut teks Masora.
Teks ini ditentukan pada abad X tarikh Masehi,oleh keluarga Ben Asyer,
keluarga Masoret yang termasyhur. Masoret ialah penerus tradisi tertulis dan
penentu teks tertentu. Manuskrip Masora
tertua ditulis kembali pada tahun 820-850. Isinya adalah Pentateukh.
Manuskrip
utuh yang paling tua berasal dari kodeks Alepo (A) berasal dari abad X. Teks
Kitab Suci berbahasa Ibrani modern ditulis berdasarkan manuskrip B 19 dari
Leningrad, berasal dari tahun 1008. Kenyataan bahwa tulisan Ibrani hanya
mencantumkan konsonan, menyebabkan teks itu kerap kali meragukan. Sekitar abad
VII ada usaha memberikan tanda bunyi pada konsonan tersebut, dengan demikian
juga muncul model penafsiran baru (targum).
Teks Protomasora dan bentuk-bentuk teks bukan Masora
Teks
yang hanya menampilkan konsonan yang menjadi landasan kegiatan kaum Masoret
(teks protomasora) sudah diganti dengan teks tandingan sekitar abad I Masehi.
Pada tahun 1947 di reruntuhan Khirbet, Qumrat ditentukan simpanan naskah Kitab
Suci kuno, yang tampaknya beredar sekitar awal tarikh Masehi. Naskah-naskah itu
berbeda dengan teks Masora. Kecuali itu kita juga mengenal teks-teks yang tidak
termasuk teks Masora, dan tampaknya menjadi landasan terjemahan Kitab Suci
dalam bahasa Yunani (LXX atau Septuaginta). Dua bentuk teks terakhir itu
tampaknya bisa diperkirakan berasal dari dua atau tiga abad sebelum tarikh
Masehi. Teks-teks protomasora ini tampaknya jauh lebih jelas dari teks Masora.
Pergantian Teks
Berbeda
halnya dengan al-Quran yang didalamnya terdapat doktrin yang kuat dengan dalil
kalau al-Quran itu akan dijaga keasliannya oleh Allah SWT tetapi malah dalam
Yahudi sendiri bertolak belakang dengan doktrin itu dan malah mengakui akan
pergantian teks yang bisa saja terjadi. Hal ini dikarenakan oleh kemungkinan
seorang penulis tidak lagi menulis teliti, meloncat dari satu baris ke baris
yang lain. Bila ada kata yang tertulis tidak dengan jelas, bisa saja penulis
akan mengutipnya juga kurang jelas, dan akhirnya juga sulit dibaca.
Bahkan
bisa jadi bahwa seorang penulis itu memasukkan tulisan yang sebetulnya tidak
termasuk tulisan itu. Bukan karena kesengajaan melainkan karena kurang tahu,
bahwa yang ditulisnya hanyalah sebuah catatan pinggir, varian, keterangan dan
sebagainya. Bahkan bisa juga terjadi bahwa seorang penulis menambahkan
pikirannya yang saleh dalam tulisan itu, karena keyakinan bahwa dengan demikian
tulisan tersebut menjadi lebih jelas. Kesalahan-kesalahan tulis seperti itu
memang bisa dikoreksi dengan membandingkan teks-teks Masora. Tetapi kesalahan
seperti itu tidak bisa dihindari.
Kritik Teks
Kritik
teks merupakan hal yang amat penting untuk mengetahui apakah teks lantas ada
beberapa permasalahan dalam materi kali ini, mulai dari teks mana yang dalam
kondisi baik atau pula yang mana yang berada dakalam komdisi yang sebaliknya
dan juga manakah teks yang boleh dikatakan mendekati yang asli. Dengan ilmu
pengetahuan akan kesusastraan kuno, dan tulisan-tulisan targum orang lebih
mengenal teks yang sampai sekarang ini masih merupakan teka-teki. Memang belum
semua teks yang sulit bisa dipecahkan, tetapi dengan membandingkan naskah yang
ada, orang bisa menentukan manakah teks yang bisa dianggap bisa dipercaya
keasliannya.
Cara
yang ditempuh ialah dengan membandingkan sebanyak mungkin varian yang ada, lalu
menentukan semacam silsilah teks itu, mencari kesaksian yang ada seperti
misalnya teks Masora, Qumran, Pentateukh Samaria, terjemahan LXX dan
sebagainya. Pekerjaan seperti ini tentu saja membutuhkan keahlian tersendiri.
Maka pekerjaan menerjemahkan teks Kitab Suci sebetulnya juga bukan pekerjaan
ringan. Teks yang kita miliki dalam bahasa Indonesia dikerjakan oleh banyak
ahli yang bekerja keras hampir sepuluh tahun lamanya.
Terjemahan dalam bahasa Yunani
Ketika
masa pemerintahan Aleksander Agung berkuasa (wafat tahun 323 SM), maka ada
perubahan besar dalam kehidupan sejarah bangsa. Budaya Yunani merambah seluruh
Timur Tengah. Sekelompok orang cerdik-pandai Yahudi di Aleksandria, di tanah
mesir mengusahakan penerjemahan Kitab Suci ke dalam bahasa Yunani. Penerjemahan
ini dilakukan atas perintah Raja Ptolomeus II (285-246).
Pada
tahun 80-100 pada pertemuan di Yamnia (Yabne) daftar terjemahan dalam bahasa
Yunani tersebut diakui. Hanya saja kitab-kitab deutrokanonika disingkirkan dari
daftar itu. Ini membuat kelompok Yahudi Aleksandria tidak puas.[10]
Tentu harus diakui bahwa orang-orang Protestan pun tidak mengikuti daftar Kitab
Suci berbahasa Yunani tersebut. Itulah sebabnya mengapa dalam terjemahan yang
Katolik miliki, Katolik membedakan antara Alkitab yang ada deutrokanonika, dan
Alkitab tanpa deutrokanonika.[11]
Terjemahan
dalam bahasa Yunani ini disebut dengan Septuaginta atau LXX. Menurut legenda,
para penerjemah tersebut bekerja secara terpisah satu sama lain, namun
menghasilkan terjemahan-terjemahan yang memiliki kecocokan secara harfiah satu
sama lainnya. Dinamai Septuaginta karena menurut jumlah para penerjemah
tersebut yang dalam bahasa Latin, Septuaginta,yang berarti tujuh puluh sehingga
namanya disebut juga LXX. Septuaginta berasal dari komunitas Yahudi di
Aleksandria antara tahun 250 sampai tahun 100 SM.
Perkembangannya
serupa dengan perkembangan targum-targum. Berbagai terjemahan tidak resmi
dibuat sesuai dengan kebutuhan, lalu teksnya ditetapkan pada awal tarikh
Masehi, pada saat terjemahan tersebut menjadi Perjanjian lama yang berotoritas
dalam jemaat Kristen.
Septuaginta
sangat penting dalam penelitian teks, karena mewakili bentuk teks Ibrani
sebelum adanya pembakuan tanda pada abad-abad permulaan tarikh Masehi.
Bersama-sama dengan Taurat Samaria dan Naskah-naskah Laut Mati, Septuaginta
merupakan bukti terpenting dari bentuk-bentuk teks Ibrani sebelum ada teks
Masora.
Daftar dan Isi Kitab Suci Yahudi
Ada
beberapa hal yang mestinya kita ketahui, diantaranya adalah perbedaan urutan
dalam kitab Yahudi, Katolik, ataupun Prrotestan. Perbedaan ini adalah perbedaan
kelompok yang didasarkan pada isi kitab tanpa mengurangi makna kitab tersebut.
Berikut adalah susunan kitab menurut Protestan, Katolik, dan Yahudi sendiri:
Dalam terbitan Protestan, Perjanjian Lama diurutkan sebagai berikut:
a)
Pentateukh;
b)
Kitab
Sejarah;
c)
Kitab
Kebijaksanaan; dan
d)
Nabi-Nabi.
Dalam terbitan Katolik
Urutan
Perjanjian Lama sama dengan terbitan dari Protestan, hanya disisipkan beberapa
Kitab lain: Tobit dan Yudit disisipkan sesudah Nehemia; 1 dan 2, Makabe
disisipkan sesudah Ester; Kebijaksanaan Salomo dan Putrsa Sirakh ditempatkan
sesudah Kidung Agung; Barukh ditempatkan sesudah Ratapan. Berbeda dengan
Protestan, Katolik sendiri memasukan kitab Deuteronika kedalam Bibble sesudah
perjanjian lama di atas.
Dalam Yahudi sendiri
Kitab
suci secara sistematis dibedakan menjadi tiga kelompok, yakni:
a)
Hukum/
Torah/ Taurat/ Pentateukh;
b)
Nabi
(Neviim); dan
c)
Tulisan
(Ketubim).
Urutan
ini sudah ada sejak masa sebelum tarikh Masehi. Urutan setiap kitab dalam
kelompoknya bisa berubah-ubah, tetapi tidak diubah keluar dari kelompok.
Tiga bagian ini biasanya disebut juga dengan Tanakh.
Kitab
Suci Perjanjian Lama menceritakan Perjanjian besar yang dibuat antara Allah
dengan bangsa Yahudi, termasuk Abraham dan Musa. Orang Protestan atau Katolik
menyebut Kitab Suci Yahudi sebagai Perjanjian Lama, yang merupakan bagian pertama
dari Kitab Suci orang Katolik atau Protestan.
Kitab Suci Tertulis
Penjelasan
mengenai daftar dan isi kitab Perjanjian Lama berdasarkan urutan Yahudi,
sebagai berikut:
Hukum, Torah, Taurat, atau Pentateukh
Bagian
ini terkenal dengan nama Taurat atau Pentateukh. Namun Taurat lebih banyak
digunakan dibandingkan dengan Pentateukh. Pentateukh adalah nama yang biasa
digunakan oleh orang-orang Katolik dan Ortodoks.
Dalam tradisi Yahudi maupun Kristen, Pentateukh dikenal sebagai lima kitab yang
dikarang oleh Musa. Pendapat ini bertahan sampai pada abad ke-18. Akan tetapi,
setelah penelitian historis-kritis yang diterapkan terhadap Alkitab, pernyataan
bahwa Musa sebagai pengarang Pentateukh tidak dapat lagi diterima.
Pengamatan
yang lebih cermat membuktikan bahwa kitab-kitab tersebut memiliki pelbagai gaya
penulisan, kosakata yang digunakan sampai dengan penggambaran tentang Tuhan.
Oleh karena itu, lebih tepat dikatakan jika Pentateukh dilihat sebagai
sekumpulan karangan dari berbagai pengarang dan bukan dari Musa seorang saja. Lebih lanjut, Taurat berarti hukum atau pengajaran dan menunjuk pada
keseluruhan apa yang diketahui tentang Allah dan hubungan-Nya dengan dunia
ciptaan-Nya serta berarti wahyu atau pernyataan Allah yang diberikan kepada imam-imam.
Dalam arti yang lebih sempit, Taurat menunjuk pada lima kitab Musa (Kejadian,
Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan), yang berada di awal kitab suci. Bersamaan
dengan hari sabat, Taurat dirayakan sebagai pemberian Tuhan terbesar kepada
orang-orang Yahudi. Kitab-kitab yang termasuk ke dalam Pentateukh adalah:
Kejadian atau Genesis
Kata genesis berarti kejadian (terjadinya).
Dalam bahasa Ibrani disebut Beresyit yang berarti pada mulanya, yaitu kata
pertama dari kitab ini. Secara garis besar, kitab ini menceritakan tentang
penciptaan dunia dan manusia, sejarah purbakala dan sejarah nenek- moyang
Israel.
Kitab Kejadian terdiri dari dua bagian besar: bagian
pertama, yang terdiri dari pasal 1 sampai pasal 11 berbicara mengenai sejarah
pubakala, yaitu sejarah yang terjadi sebelum pemanggilan Abram; bagian kedua,
yang terdiri dari pasal 12 sampai pasal 50 yang berbicara tentang sejarah nenek
moyang Israel.
Ada empat cerita tentang penghukuman Allah atas
manusia yang terdapat pada sejarah purbakala: pertama, manusia dikeluarkan dari
Firdaus (Kej 3); kedua, Kain dibuang ke padang gurun (Kej 4); ketiga, semua
manusia dibinasakan dengan air bah (Kej 6-9); dan keempat, Allah mengacaukan
bahasa manusia (Kej 11:1-9). Jadi, bagian sejarah purbakala dimulai dari
persekutuan sempurna antara Allah dan manusia di dalam Firdaus hingga Allah
menurunkan air bah kepada Nuh dan pengacauan bahasa manusia yang dilakukan
oleh Allah.
Keluaran atau Exodus
Kitab
Keluaran menjadi batu sandungan untuk meyakini bahwa Musa adalah penulis
Pentateukh. Ulangan 34:1-12 bercerita tentang kematian Musa hingga
penguburannya, dan ini dianggap tidak mungkin jika Musa menulis kitabnya secara
langsung dalam keadaan dia telah meninggal. Lain cerita dengan raja-raja yang memerintah
di Edom, sebelum ada raja yang memerintah atas orang Israel. Ini berimplikasi
kepada sejarah kerajaan Israel didirikan, karena kerajaan Israel didirikan
kurang lebih dua ratus tahun sesudah meninggalnya Musa.
Kitab ini
memberikan keterangan mengenai penindasan orang-orang Israel sebagai budak di
Mesir, kelahiran serta pemanggilan Musa, tulah-tulan, penyeberangan Laut
Teberau, perjalanan di padang gurun, pernyataan Tuhan di Gunung Sinai,
pengikatan perjanjian, dan dosa orang-orang Israel yang membuat anak lembu
emas.
Tujuan
dari kitab ini terkandung dalam empat tema yang menonjol, yaitu:
a)
Kebebasan;
b)
Hukum;
c)
Perjanjian;
dan
Kitab
ini terbagi menjadi tujuh bagian, yaitu:
a)
Pasal
1 berbicara singkat mengenai sejarah umat Israel selama berada di Mesir, sejak
zaman Yakub/Israel (abad ke-18 SM) sampai zaman Musa (abad ke-13 SM);
b)
Pasal
15-19 berbicara mengenai perjalanan bangsa Israel dari Laut Teberau sampai
Gunung Sinai;
c)
Pasal
24 berbicara mengenai bagaimana Tuhan meresmikan ikatan perjanjian-Nya dengan
umat pilihan-Nya yang diwakili oleh Musa;
d)
Pasal
25-31 berbicara mengenai berbagai peraturan tentang tabut perjanjian dan
kemah pertemuan atau kemah suci.;
e)
Pasal
32-34 berbicara mengenai bagaimana umat Israel kurang setia kepada Tuhan; dan
Imamat atau Leviticus
Dalam
Bahasa Ibrani, sesuai dengan kebiasaan kuno yang umumnya dipakai di Timur
Dekat, dipakai kata pertama dari isi kitab tersebut, yaitu wayiqrat yang berarti
Dan Dia Memanggil.
Kitab
ini memiliki hubungan dengan nama Lewi. Walaupun orang-orang Lewi dalam kitab
tersebut dibahas secara singkat dalam satu perikop, yaitu 25:32-34. Namun,
penamaan ini dianggap sebagai yang mewakili dari isi kitab tersebut. Hampir
semua bahan di dalamnya mengenai ibadah serta tugas-tugas imam yang lain, dan
para imam tersebut berasal dari suku Lewi.
Kitab Imamat terbagi menjadi enam bagian, yaitu:
a)
Pasal
1:1-7:38, berbicara mengenai ibadah.
b)
Pasal
8:1-10:20, berbicara mengenai imam-imam dan di seluruh Kitab Imamat merupakan
bagian yang satu-satunya berisi cerita, kecuali satu dua riwayat singkat di
tengah-tengah hukum yang membimbing keputusan-keputusan dalam pengadilan.
c)
Pasal
11:1-15:33, berbicara mengenai perbedaan antara yang najis atau haram dan yang
tahir atau tidak haram.
d)
Pasal
16:1-34, berbicara mengenai upacara yang dilaksanakan pada hari itu atau Hari
Raya Pendamaian.
e)
Pasal
17:1-26:46, berbicara mengenai kekudusan.
f)
Pasal
27:1-34, berbicara mengenai pembayaran nazar-nazar yang diucapkan kepada Tuhan
dan pemberian persembahan sukarela kepada-Nya.
Tujuan
dari Kitab Imamat adalah memperlihatkan kepada umat Israel bagaimana seharusnya
mereka hidup sebagai umat yang kudus, yaitu sebagai umat yang dengannya Tuhan
masuk hubungan perjanjian dan yang dipilih serta dipanggil untuk melayani Dia.
Hukum-hukum yang terdapat dalam kitab ini mengenai ibadah, kekudusan,
kenajisan, perbedaan antara yang haram dan yang halal, dan kelakuan etis dalam
kehidupan sehari-hari. Hukum-hukum ini dikumpulkan supaya umat Israel tetap
berhubungan baik dengan Tuhan dan mengadakan pendamaian jika mereka bersalah.
Bilangan atau Numeri
Disebut
Bilangan karena berisikan dua cacah jiwa suku-suku Israel (1:20-46 dan
26:5-51) dan kaum Lewi (3:14-51 dan 26:57-62). Walaupun menggunakan nama
Bilangan, namun tidak secara tepat mengisyaratkan kisah-kisah yang terkandung
di dalamnya.
Isi Kitab Bilangan dimulai dari cerita di padang gurun Sinai, tepat setelah
peristiwa perjanjian dan berakhir empat puluh tahun kemudian, ketika umat
Israel menunggu di padang Moab untuk memasuki Tanah Terjanji yang dipimpin oleh
Musa dan Harun.
Pokok
perhatiannya adalah kehadiran Yahweh bersama umat-Nya ketika mereka mengembara
melalui padang gurun; Allah berjalan bersama mereka dan memimpin hidup mereka.
Garis besar kitabnya adalah sebagai berikut:
a)
Pasal
1:1 sampai pasal 10:10, di gurun Sinai: Persiapan perjalanan.
b)
Pasal
10:11 sampai pasal 22:1, Perjalanan dari Sinai ke Moab, Peristiwa di gurun
Paran, Istirahat terakhir.
c)
Pasal
22:2-36:13, di padang Moab: Persiapan hidup di Kanaan.
Ulangan atau Deutronomium
Kitab
Ulangan merupakan salah satu kitab yang paling penting dan berpengaruh di
antara kitab-kitab Ibrani lainnya. Kitab ini menyajikan pandangan teologis yang
mempengaruhi nabi-nabi terdahulu (Yosua, Hakim-hakim, Samuel, dan Raja-raja),
sekarang dikenal dengan Sejarah Deutronomis Israel. Secara tidak langsung,
Kitab Ulangan juga berpengaruh terhadap sejarah Tawarikh Israel (Tawarikh,
Ezra, dan Nehemia).
Asal
usul Kitab Ulangan dapat dilihat pada pendapat kunonya yang mengatakan bahwa
kitab ini berasal dari permulaan abad 19 dan menyebut Kitab Ulangan sebagai
kitab hukum yang ditemukan di Bait Suci oleh Imam Agung Hilkiah atau Hiskia,
selama pemerintahan Yosia (2Raj 22:8 dst.). Karena kitab ini berisi bahan yang
dapat ditarik penanggalannya pada akhir abad ke 7 SM atau sebelumnya, maka
menjadi jelas bahwa kitab Ulangan dalam bentuk sekarang ini bertanggalkan pada
masa Pembuangan Babel (587-539 SM). Selama pembuangan ini, Israel berada di
ambang kehancuran. Dalam situasi seperti ini, kaum Deutronomis mempersembahkan
kepada Israel tantangan untuk taat kepada kitab hukum yang tertulis yang
meminta bangsa Israel untuk memilih hidup (Ula 30:19).
Adapun
pembagian kitab ini secara garis besar adalah sebagai berikut:
a)
Pasal
1-4:43, Pendahuluan pertama;
b)
Pasal
4:44-11, Pendahuluan kedua;
c)
Pasal
12-26, Pusat Kitab Ulangan;
d)
Pasal
27-28, Upacara di Sikhem;
e)
Pasal
29-30, Kata-kata perpisahan oleh Musa;
f)
Pasal
31-34, Tambahan.
Bagian
terpenting ibadat umat Yahudi adalah pembacaan dengan suara keras sejumlah ayat
dari Taurat. Di sinagoga, bacaan dari gulungan Kitab Taurat atau Sefer Torah,
dibacakan pada hari Sabat pagi dan sore, perayaan keagamaan pagi, dan pada hari
Senin dan Selasa pagi. Sebagai penghormatan besar, Kitab Taurat hanya boleh
dibuka oleh laki-laki, demikian dalam tradisi Ortodoks, dan untuk dibacakan di
depan umat. Orang yang dipilih untuk membaca Kitab Suci dalam bahasa Ibrani
harus menggunakan yad, sejenis alat penunjuk yang dipegang.
Nabi-nabi (Neviim)
Dalam
tradisi Yahudi ada delapan kitab yang diberi nama menurut nama para nabi. Empat
kitab yang pertama (Yosua, Hakim-hakim, 1 dan 2Samuel, serta 1 dan 2Raja-raja),
biasanya mengacu kepada Nabi-nabi Terdahulu dan kitab-kitab sejarah. Keempat
kitab yang lain mengacu kepada Nabi-kabi terakhir, seperti: Yesaya, Yeremia,
Yehezkiel, dan 12 Nabi- nabi kecil lainnya yang dianggap sebagai satu kitab.
Sebagian besar isi kitab dari Nabi-nabi Terakhir merupakan kumpulan khotbah
yang disampaikan oleh para nabi, yang nama- namanya menjadi nama kitab-kitab
tersebut, yang semuanya dikumpulkan oleh para murid mereka. Bacaan terpilih
dari kitab para nabi dibacakan di sinagoga pada hari-hari Sabat,
perayaan-perayaan keagamaan, dan hari-hari puasa.
Jika
keempat kitab ini dihubungkan satu sama lain, maka akan terdapat cerita sejarah
yang panjang dimulai dari kematian Musa, Yosua, sampai diangkutnya tertawan
raja Yoyakhim ke dalam pembuangan di Babilon (tahun 597 SM), kemudian pemberian
grasi oleh raja Babilon kepadanya (sekitar tahun 560 SM). Berikut penjelasan
per kitab dalam bagian Nabi-nabi:
Kitab Yosua
Kitab
Yosua memuat kisah perebutan tanah Kanaan oleh umat Israel di bawah pimpinan
Yosua. Ini terjadi pada pertengahan abad ke-13 SM, setelah kematian Musa. Kitab
Yosua terbagi dalam 3 bagian, yakni:
a)
Pasal
1-12: Perebutan tanah Kanaan.
b)
Pasal
13:21: Pembagian tanah Kanaan.
c)
Pasal
22-24: Pidato perpisahan; upacara pembaharuan perjanjian antara Allah dan
Israel; kematian Yosua.
Kitab Hakim-hakim
Kitab
ini memuat sejarah suku-suku Israel setelah wafat Yosua (abad ke-13 SM) sampai
menjelang terpilihnya Saul sebagai raja pertama (abad ke-11 SM). Suku-suku itu
dipimpin oleh hakim-hakim, terutama bila mereka menghadapi tantangan dari
suku-suku asli Kanaan. Dalam bentunya sekarang Kitab Hakim-hakim tersusun
sebagai berikut:
a)
Pasal
1-2: Pengantar.
b)
Pasal
3: Hakim Otniel dan Ehud.
c)
Pasal
4-5: Hakim Deborah dan Barak.
d)
Pasal
6-8: Hakim Gideon.
e)
Pasal
9-10: Abimelek, Tola, dan Jair.
f)
Pasal
10-12: Hakim Yefta, Ibzan, Elon, dan Abdon.
g)
Pasal
13-16: Hakim Samson.
h)
Pasal
17-18: Tempat Suci Dan.
i)
Pasal 19: Kejahatan di Gibea.
2.3.2.3 Kitab Rut
Kitab
ini menceritakan seorang wanita bernama Rut, yang sebenarnya keturunan bangsa
Moab tetapi menikah dengan seorang Israel (lalu menurunkan Obed, kakek dari
Daud). Kitab ini diletakkan di belakang kitab Hakim-hakim karena Rut hidup pada
zaman hakim-hakim itu. Dengan Kitab Rut ini pembaca kitab Perjanjian Lama
disiapkan untuk menerima pewartaan tentang Daud, raja terbesar sepanjang
sejarah Israel. Kitab Rut tersusun sebagai berikut:
a)
Pasal
1: Mertua Rut pindah ke Moab lalu kembali ke Kanaan.
b)
Pasal
2: Rut bertemu dengan Boaz, seorang Israel.
c)
Pasal
3-4: Perkawinan Rut dengan Boaz; kelahiran Obed; hubungan keturunan antara Obed
dan Raja Daud.
Kitab 1 dan 2 Samuel
Kitab
Samuel dibagi menjadi dua dalam terjemahan Yunani atau Septuaginta dari Kitab
Suci Ibrani. Kitab ini mencakup sejarah Israel sejak mereka memasuki Kanaan
sekitar abad 12 SM sampai masa pembuangan Babel. Kitab ini disusun sekitar pada
abad ke-7 SM. Garis besar pesannya adalah bahwa Allah telah memilih bangsa
Israel sebagai budak yang khusus dan membebaskan bangsa Israel dari perbudakan
di Mesir melalui Musa dan mengadakan perjanjian dengan mereka di Gunung Sinai.
Kitab ini bukanlah kitab sejarah dalam arti modern, tetapi kitab sejarah dalam
arti teologis.
Ada
tiga tokoh sentral dalam kitab ini, yaitu: Samuel, Saul, dan Daud. Kitab Samuel
tersusun sebagai berikut:
a)
1Samuel
Ø
1:1-3:18,
Samuel dan Keluarga Eli;
Ø
4:1-7:17,
Tabut Perjanjian;
Ø
8:1-15:35,
Saul, raja pertama;
Ø
16:1-31:31,
Saul dan Daud.
b)
2Samuel
Ø
1:1-8:18,
Perjuangan membentuk kerajaan;
Ø
9:1-20:26,
Daud, sang raja;
Kitab 1 dan 2Raja-raja
Kitab
ini membicarakan mengenai sejarah Saul, raja pertama bangsa Israel. Kemudian
dilanjutkan berturut-turut oleh Isybosyet, Daud, Absalom, dan Sulaiman.
Dilanjutkan oleh raja-raja pada masa perpecahan.
Kitab Raja-raja ditulis sebagai kitab sejarah, tetapi juga mencampurkan
legenda, cerita rakyat, kisah mujizat dan ada anggapan kisah khayalan, dalam
suatu tawarikh, dengan tujuan untuk menjelaskan apa yang terjadi berdasarkan
nilai kebenaran ilahi, sehingga lebih tepat dibaca sebagai pustaka teologi
dalam bentuk kitab sejarah.
I
Raja-raja merupakan bagian pertama dari kisah yang pada mulanya merupakan satu
kitab yang menceritakan mengenai kehidupan bangsa Israel selama empat abad
sesudah kematian Daud dan pembuangan bangsa Israel ke Babel. Kitab itu
menceritakan bagaimana suatu negara yang kuat dan bersatu terpecah menjadi dua;
bagaimana kerajaan utara yang lebih besar yang terus menerus berpaling dari
Allah akhirnya dimusnahkan; bagaimana Yehuda juga gagal untuk memelihara
perjanjian dengan Allah dan bagaimana negeri itu juga dilanda bencana, yang
mencapai puncaknya pada penghancuran Yerusalem dan pembuangan besar-besaran ke
Babel. 1Raja-raja merangkum 120 tahun pertama dari kisah yang lengkap.
Sedangkan
2Raja-raja melanjutkan kisah tentang kerajaan Israel dan Yehuda beberapa saat
sebelum kematian Elia, dan diteruskan sampai Israel dihancurkan dan Yehuda
dibuang ke Babel. Diceritakannya kembali kisah Elia dalam 2Raja-raja
mengingatkan kita bahwa kitab ini merupakan bagian kedua dari satu kitab
Raja-raja yang utuh. Tidak ada alasan yang jelas mengenai pembagian kitab
menjadi 1 dan 2Raja-raja, tetapi oleh karena panjang kedua kitab hampir sama,
kemungkinannya ialah hal itu dilakukan untuk mempermudah penulisan dalam dua
gulungan. Beberapa kisah yang kita temukan dalam Raja-raja juga terdapat dalam
Tawarikh, walaupun penulis Tawarikh menulis dari sudut yang agak berbeda dan
hanya menulis tentang kerajaan selatan, yaitu Yehuda. Kitab Raja-raja tersusun
sebagai berikut:
a)
1Raja-raja
Ø
1:1-2:11,
Hari-hari Terakhir Daud;
Ø
2:12-10:29,
Salomo: Tahun-tahun penuh kemasyhuran;
Ø
11:1-12:24,
Pertentangan, pemberontakan, perpecahan;
Ø
12:25-15:24,
Dua negeri baru, dua permulaan yang buruk;
Ø
15:25-16:34,
Israel, sebuah negara yang berkembang;
Ø
17:1-19:21,
Elia, seorang hamba Allah;
Ø
20:1-21:29,
Ahab, seorang penguasa yang lemah dan serakah; dan
Ø
22:1-53,
Peperangan dengan Siria berkelanjutan.
b)
2Raja-raja
Ø
1:1-3:27,
Tugas Elia berakhir, tugas Elisa dimulai;
Ø
4:1-6:7,
Elisa, sahabat orang banyak;
Ø
6:8-8:29,
Elisa, Sang Nabi;
Ø
9:1-10:36,
Penunggang kereta yang jitu;
Ø
11:1-12:21,
Persekongkolan di Yehuda;
Ø
13:1-17:41,
Perang dan damai;
Ø
18:1-21:26,
Kerajaan Yehuda; dan
Ø
22:1-25:30,
Kesempatan terakhir.
Tulisan-tulisan (Ketubim)
Ketubim
ini disebut juga dengan kitab sastra. Kitab ini merupakan bagian ketiga Tanakh
Ibrani dan dianggap kurang bernilai daripada dua jenis kitab lainnya, walaupun
kitab ini berisi Mazmur, yang secara teratur digunakan dalam ibadat Yahudi di
sinagoga. Bacaan dari Sastra ini sering diberikan di sinagoga pada hari-hari
perayaan keagamaan.
Kitab Suci Lisan (Talmud)
Selain
dari daftar kitab Yahudi di atas, ada Talmud yang merupakan terjemahan serta
komentar mengenai Torah dari para rabi dan cendekiawan undang-undang. Sumber
lain mengatakan bahwa Talmud adalah catatan tentang diskusi para rabi yang
berkaitan dengan hukum Yahudi, etika, kebiasaan, dan sejarah.
Ini
termasuk Mishnah dan Halakah (kode undang-undang masyarakat utama penganut
agama Yahudi), Gemara, Midrash, dan Aggadah atau Hagadah (legenda dan
kisah-kisah lama), serta Kabballah berisi teks lama yang berunsur mistik, dan
menceritakan zat-zat Tuhan.
Mishnah
Mishnah
adalah kompilasi pandangan dan perdebatan hukum atau kumpulan hukum lisan agama
Yahudi Pertama yang ditulis (namun pada awalnya, Mishnah ini tidak ditulis
karena merupakan tradisi lisan). Mishnah ini secara khusus terkenal dikalangan
mazhab Farisi. Kata Mishnah berasal dari kata shanah, yang berarti mengulangi
atau meninjau. Nama ini mungkin merupakan petunjuk pada metode studi wacana
rabinik dengan cara mengulang-ulang secara lisan.
Mishnah
menjadi perdebatan sepanjang tahun 70-200 oleh sekolompok rabi Yahudi
(tannaim).
Pernyataan-pernyataan dalam Mishnah biasanya singkat dan padat, mencatat
pandangan-pandangan singkat dari para rabi yang memperdebatkan sebuah topic,
atau mencatat sebuah peraturan yang tidak disebutkan sumbernya, yang tampaknya
mewakili sebuah pandangan consensus. Para rabi Mishnah dikenal sebagai Tannaim
(tunggal: Tanna), yang berarti penyampai langsung tradisi lisan yang tidak.
Zaman mereka hidup disebut dengan nama Zaman Tannaim.
Berbeda
dengan Midrash, Mishnah hanyalah sebuah catatan dari kumpulan halakah (yang
lainnya adalah Tosefta), namun demikian, penataannya menurut topik menjadi
kerangka bagi Talmud secara keseluruhan.
Mishnah
terdiri atas enam tatanan (sedarim, tunggal: seder). Masing-masing dari
tatanannya mengandung antara 7 dan 12 traktat, yang disebut masechtot (tunggal:
masechet; harafiah: "jaringan"). Masing-masing masechet dibagi
menjadi bab-bab (peraqim) yang terdiri dari unit-unit yang lebih kecil yang
disebut mishnayot (tunggal: Mishnah). Tidak setiap traktat dalam Mishnah
mempunyai padanan Gemaranya. Selain itu, tatanan traktat dalam Talmud berbeda
dalam kasus-kasus tertentu dengan tatanan di dalam Mishnah.
Berikut
adalah enam bagian, tatanan, atau urutan Mishnah:
a)
Tatanan
Pertama: Zeraim (Benih). Berisi 11 traktat. Isinya membahas doa dan berkat,
zakat, dan hukum-hukum pertanian. Bagian ini terdiri dari 12 masechot, yaitu:
Berakhot, Pe'ah, Demai, Kil'ayim, Shevi'it, Terumot, Ma'aserot, Ma'aser Sheni,
Hallah, Orlah, Dan Bikkurim.
b)
Tatanan
Kedua: Moed (Hari-hari Raya). Berisi 12 traktat. Isinya berkaitan dengan
hukum-hukum Sabat dan Hari-hari Raya. Bagian terdiri dari 12 masechot, yaitu:
Shabbat, Eruvin, Pesahim, Shekalim, Yoma, Sukkah, Beitzah, Rosh Hashanah,
Ta'anit, Megillah, Mo'ed Katan, Hagigah.
c)
Tatanan
Ketiga: Nashim (Perempuan). Berisi 7 traktat. Isinya berkaitan dengan
pernikahan dan perceraian, beberapa bentuk sumpah dan hukum-hukum tentang orang
Nazir. Bagian ini terdiri dari 7 masechot, yaitu: Yevamot, Ketubot, Nedarim,
Nazir, Sotah, Gittin, Kiddushin.
d)
Tatanan
Keempat: Nezikin (Ganti rugi). Berisi 10 traktat. Isinya berkaitan dengan hukum
sipil dan kriminal, cara kerja pengadilan dan sumpah. Bagian ini terdiri dari
12 masechot, yaitu: Bava Kamma, Bava Metzia, Bava Batra, Sanhedrin, Makkot, Shevu'ot,
Eduyot, Avodah Zarah, Avot, Horayot.
e)
Tatanan
Kelima: Kodashim (Hal-hal yang suci). Berisi 11 traktat. Isinya berkaitan
dengan ritus-ritus korban, Bait Suci, dan hukum-hukum yang mengatur apa yang
boleh dan tak boleh dimakan. Bagian ini terdiri dari 12 masechot, yaitu:
Zevahim, Menahot, Hullin, Bekhorot, Arakhin, Temurah, Keritot, Me'ilah, Tamid,
Middot, Kinnim.
f)
Tatanan
Keenam: Tohorot ("Kesucian"). Berisi 12 traktat. Isinya berkaitan
dengan hukum-hukum ritual kesucian. Bagian ini terdiri dari 12 masechot, yaitu:
Keilim, Oholot, Nega'im, Parah, Tohorot, Mikva'ot, Niddah, Makhshirin, Zavim,
Tevul Yom, Yadayim, Uktzim.
Gemara
Gemara
(juga ditransliterasi sebagai Gemora, Gemarah atau Gemorra, dari bahasa Aram,
gamar, secara harfiah berarti "belajar" atau "belajar melalui
tradisi") adalah komponen Talmud yang terdiri dari analisis para rabbi dan
komentar tentang Mishnah. Setelah Mishnah diterbitkan oleh Yehuda HaNasi
(sekitar tahun 200 M), karya itu dikaji secara mendalam oleh para rabbi dari
generasi ke generasi di Babel dan Tanah Israel. Diskusi mereka dicatat dalam
serangkaian buku yang kemudian menjadi "Gemara", yang jika
dikombinasi dengan Mishnah merupakan Talmud.
Dalam
tiga abad setelah peredaksian Mishnah, para rabi di seluruh Palestina dan
Babilonia menganalisis, memperdebatkan, dan mendiskusikan karya itu.
Diskusi-diskusi ini membentuk Gemara. Gemara terutama terpusat pada upaya
menjelaskan dan menguraikan pandangan-pandangan dari Tannaim. Para rabi Gemara
dikenal sebagai Amoraim (tunggal: Amora). Gemara berarti kesempurnaan, dari
gamar: bahasa Ibrani menyelesaikan, menyempurnakan bahasa Aram
mempelajari.
Proses
"Gemara" berlangsung di dua pusat Studi Yahudi yang utama, Israel dan
Babilonia. Sejalan dengan itu, dua kumpulan analisis berkembang, dan dua karya
Talmud pun terbentuk.
Talmud
merupakan kumpulan tradisi Yahudi yang terdiri dari Mishnah (pengajaran lisan)
dan Gemara (diskusi mengenai Mishnah).
Ada dua versi Talmud, yakni Talmud Palestina dan Talmud Babilonia yang lebih panjang.
Keduanya selesai disusun selama abad ke-5 (Talmud Palestina dikompilasi sekitar
abad ke-4 di Palestina, sedangkan Talmud Babilonia dikompilasi sekitar abad
ke-5 tetapi memuat bahan-bahan yang berasal dari waktu yang jauh sebelumnya.
Anehnya,
di dalam tiga buku tulisan Flavius Josephus yang ditulis pada abad pertama
Masehi, tidak ada satupun yang menyebut tentang Talmud. Data tersebut
menguatkan pendapat bahwa tradisi penulisa Talmud dimulai jauh setelah zaman
pemberontakan atau pembuangan terjadi, sebagai berikut runtututannya:
Ø Tahun 80-100 M
Gamaliel
mengepalai sebuah akademi di Javneh. Kanonisasi terakhir kitab- kitab suci
Ibrani. Pengumuman Tata Tertib Peribadatan oleh para rabi.
Ø Tahun 90-95 M
Pembentukan
Dewan Gereja Javne atau Dewan Gereja Yamnia. Salah satu keputusan dari Dewan
Gereja ini adalah penolakan Naskah Perjanjian Lama berbahasa Yunani atau
disebut dengan Septuaginta (LXX).
Ø Tuhan 120 M
Akibat
memimpin gerakan Rabinis.
Ø Tuhan 132-135 M
Bar
Kokhba memimpin Perang Mesianis melawan Roma; Palestina sebelah selatan hancur.
Ø Tuhan 220 M
Akademi
Babel didirikan di Sura oleh rabi.
Ø Tahun 250 M
Fakta
antara bangsa Yahudi dan Raja Persia, Syapur I; bangsa Yahudi harus
mengindahkan hukum negara; Bangsa Persia harus mengijinkan bangsa Yahudi untuk memerintah
diri mereka sendiri, hidup ssuai dengan agama mereka sendiri.
Ø Tahun 300 M
Penutupan
Tasefta, kelompok material suplemen dalam tafsir dan penjelasan Mishnah.
Ø Tahun 330 M
Mazhab
Pumbedita yang dipimpin Abbaye, kemudian Raba, membuat dasar-dasar Talmud
Babel.
Ø Tahun 400 M
Talmud
dari Israel disempurnakan atas tanggapan sistematis tentang empat dari enam
bagian Mishnah, khususnya Pertanian, Musim, Perempuan, dan Kerusakan (bagian
yang dibuang: Hal-hal yang Suci dan Penyucian). Rabi Asi mulai membentuk Talmud
Babel, yang baru selesai pada tahun 600 M.
Ø Tahun 630-640 M
Penaklukan
Muslim terhadap Timur Tengah.
Ø Tahun 700 M
Saboraim
merampungkan pengeditan terakhir Talmud Babel atas sebuah tanggapan sistematis
tentang empat dari enam bagian Mishnah. (kecuali: Pertanian dan Penyucian).